Temukan Materi Sekolah dan Kuliah di sini

Temukan Materi Seputar Pelajaran Sekolah dan Kuliah di sini....,:-)

Saturday, September 24, 2011

Sejarah Singkat Geologi Indonesia

      Rangkaian pegunungan muda dunia seperti Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteran merupakan hasil pengangkatan dari geosinklin utama yang terbentuk pada era Paleozoikum muda. Jadi siklus pembentukan pegunungan muda dimulai dari pembentukan geosinklin utama pada era Paleozoikum muda.
     Pada era Mesozoikum bawah/tua, Indonesia masih bersambung dengan Eropa lewat laut yang dikenal dengan nama Latu Tethys. Fosil-fosil yang terbentuk pada masa yang sama di kedua bagian dunia tersebut menunjukkan kesamaan. Oleh karena itu penelitian-penelitian geologi di Indonesia masih dapat menggunakan Tarikh Geologi Eropa untuk menentukan umur batuan sampai dengan pra tersier. Akan tetapi untuk batuan yang terbentuk pada era prakambrium di Indonesia, sulit ditentukan umumnya karena tidak diketemukan fosil yang berasal dari era tersebut.Kalaupun sudah ada kehidupan pada prakambrium, fosil yang terbentuk pada masa itu sudah mengalami kerusakan akibat proses-prose endogen yang sangat aktif di Indonesia. Di samping itu endapan prakambrium telah tertimbun jauh di bawah lapisan endapan yang lebih muda.
     Pada akhir Sekunder-Awal Tersier, terjadilah peristiwa geologi hebat yang dikenal sebagai Revolusi Alam I di Indonesia, yaitu dasara laut Tethys mengalami pengangkatan membentuk pegunungan Sirkum Mediteran. Pengangkatan dari geosinklin utama ini digolongkan Geo Undasi oleh Van Bemmelen atau
General Undation oleh Stille. Akibatnya, hubungan antara Indonesia dengan Eropa terputus, organisme di Indonesia dan Eropa berkembang menurut lingkungannya sendiri-sendiri, menghasilkan fosil yang berbeda pula. Dengan demikian penelitian-penelitian geologi di Indonesia madih mengalami kesulitan untuk menentukan umur lapisan batuan, karena Tarikh Geologi Eropa tidak bisa digunakan lagi akibat perbedaan kandungan fosilnya.
     Untuk mengatasi masalah tersebut maka Verbeek dan Fennema berusaha menyusun Tarikh Geologi Indonesia berdasarkan litologi pada tahun 1938. Sebenarnya penyusunan Tarikh Geologi Indonesia harus didasarkan pada penelitian Paleontologi, tidak dibenarkan menyusun Tarikh Geologi atas dasar litologi, sebab umur lapisan batuan tidak dapat ditafsirkan dari jenis batuannya.
     Dasar pemikiran Verbeek dan Fennema menyusun Tarikh Geologi Indonesia atas dasara litologi adalah:
  1. Secara sadar mereka mengambil pendirian yang bertentangan dengan dalil yang melarang penyusunan Tarikh Geologi atas dasar litologi, mengingat tidak adanya petunjuk lain yang dapat digunakan untuk menentukan umur lapisan batuan. Dengan kata lain terpaksa mereka lakukan mengingat kebutuhan yang sangat mendesak, bukan tidak tahu kalau Tarikh Geologi mestinya disusun atas dasar hasil penelitian Paleontologi.
  2. Mereka berpendirian bahwa dimana-mana di pulau Jawa khususnya dalam periode Neogen dimulai dengan aktivitas vulkanisme yang sangat dahsyat, menghasilkan batuan andesit dan basal.
  3. Kalau harus melakukan penelitan paleontologi terlibeh dahulu untuk menyusun Tarikh Geologi Indonesia, akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat banyak, disamping merka bukan ahli paleontologi.
  4. Mereka menuyusun Tarikh Geologi Indoenesia berdasarkan litologi, sambil berusaha pula mencari hubungan/petunjuk yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam melakukan korelasi atau penasabahan dengan Eropa. Dengan kata lain Tarikh Geologi  yang dibuat dimaksudkan untuk sementar saja, kalau Tarikh Geologi Eropa bisa digunakan atau sudah ada Tarikh Geologi yang disusun berdasarkan penelitian paleontologi maka tidak usah menggunakan Tarikh Geologi atas dasar litologi yang dibuatnya. Dengan demikian maka stratigrafi di Indonesia untuk periode Tersier dan Kuarter menggunakan Tarikh Geologi buatan Verbeek dan Fennema walaupun banyak kelemahan dan kekurangannya. Akan tetapi meskipun banyak kekurangannya, Tarikh Geologi tersebut masih digunakan sampai sekarang, sebab belum ada tarikh lain yang lebih baik.
       Tarikh Geologi yang disusun berdasarkan litologi sangat bermanfaat bagi ilmu tanah karena langsung menunjukkan bahan asal/batuan induk tanah dan mencerminkan sifat-sifat tanah yang dihasilkan. Yang terpenting dari Tarikh Geologi Indonesia buatan Verbeek dan fennema adalah perlapisan batuan pada periode Miosen yang diberi kode M1, M2, dan M3.
  1. Etage M1 (tingkatan Breksi), yaitu perlapisan batuan yang terbentuk sesudah terbentuknya gunung api tua di Indonesia. Tanah yang berasl dari batuan ini umumnya kaya mineral bahan vulkanik sehingga dianggap baik atau potensi kesuburannya tinggi.
  2. Etage M2 (tingkatan Mergel), yaitu batuan yang terbentuk setelah lapisan M1. Tanah yang berasla dari batuan ini umunya berupa tanah margalit, suatu campuran antara lempung dan kapur. Sifatnya kurang baik karena pekat, sulit merembeskan air sehingga tata air tanah menjadi kurang baik.
  3. Etage M3 (tingkatan Kapur), yaitu batuan yang terbentuk setelah lapisan M2. Tanah yang berasal dari batuan ini berupa tanah-tanah kapur yang mempunyai sifat minerla-mineralnya cepat tercuci ke lapisan bawah dan tata air kurang baik.
     Pada akhir Tersier/awal Kuarter terjadi peristiwa alam besar berikutnya yang dikenal sebagai Revolusi Alam II di Indonesia, dimana terjadi pelipatan hebat dan pembentukan pegunungan baru. Beberapa bagian dari geosinklin yang tertutup sedimen seperti di pantai timur Sumatera, Pantai Utara Jawa dan pantai Selatan dan Barat Kalimantan mengalami pelipatan hebat membentuk pegunungan seperti Pegunungan Suligi - Lipat Kain di Sumatera dan Pegunungan Kendeng di Jawa.
      Memasuki periode Kuarter (Pleistosen) terjadilah 4 kali zaman es / zaman glasial diselingi interglasial yang pengaruhnya terasa di seluruh dunia. Diperkirakan suhu di bumi turun sekitar 2 derajat Celcius sehingga lapisan es di daerah kutub meluas ke arah lintang rendah (di Amerika Utara mencapai lintang 40 derajat LU) menyebabkan air laut turun sekitar 70 meter. Sebaliknya pada masa interglasial di mana iklim kembali normal, suhu naik lagi sekitar 2 derajat Celcius, maka daerah es mundur ke arah kutub dan air laut naik kembali sekitar 70 meter.
     Perunahan ketinggian permukaan air laut ini berpengaruh pada pulau-pulau di paparan Sunda dan Sahul. Pada zaman glasial di mana permukaan air laut turun, pulau-pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan bersambung tanpa terpisahkan oleh laut, sebaliknya pada zaman interglasial pulau-pulau tersebut terpisah oleh laut.
     Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pulau-pulau di Indonesia bagian Barat tersebut pernah bersambung satu sam lain adalah:
  1. Diketemukan oleh ekspedisi laut adanya alur-alur sungai di dasar laut. Sungai-sungai dari pantai utara Jawa dan sungai-sungai dari pantai selatan Kalimantan bergabung kemudian bermuara di Selat Makasar, sedang sungai-sungai dari pantai timur Sumatera dan pantai barat Kalimantan bergabung kemudian bermuara di Laut China Selatan.
  2. Jenis ikan di sungai-sungai Jawa Utara dan Kalimantan Selatan sejenis, sedang jenis ikan di sungai-sungai Sumatera Timur dan Kalimantan Barat sejenis.
  3. Flora dan fauna di di Sumatera, Jawa dan Kalimantan sejenis, bahkan sejenis dengan fauna dan flora di Asia Tenggara.
  4. Diketemukan timah endapan di dasar laut sekitar pulau Bangka, Belitung, dan Singkep, suatu petunjuk bahwa endapan timah dasar laut tersebut tidak berasal dari pegunungan Bukit Barisan yang terbawa air, melainkan daerah tersebut dahulu merupakan kaki gunung.
Sumber: Buranda.



3 comments: